Ikan tambakan
Meningkatnya harga pakan dan
menurunnya harga jual ikan budidaya sangat berpengaruh pada pola budidaya ikan
dimasyarakat, banyak unit pembenihan ikan skala kecil yang gulung tikar karena
hal tersebut. Masyarakat pembenih ikan mulai memelihara ikan yang tidak 100%
bergantung pada pakan komersial (pabrikan). Salah satu ikan yang mulai
dibudidayakan oleh petani adalah ikan tambakan. Selama ini keperluan benih ikan
tambakan masih didapatkan dari tangkapan dialam. Benih ikan tambakan sangat
mudah didapatkan di perairan umum saat awal awal musim penghujan. Belum ada unit
pembenihan rakyat yang membenihkan ikan tambakan secara khusus. Kendala yang
dihadapi adalah tingkat kelangsungan hidup benih masih rendah pada pendederan
benih dikolam.
Pemeliharaan
Induk.
Induk ikan tambakan yang digunakan minimal
memiliki kisaran bobot 200-300 gram per ekor. Induk yang dipelihara pada kolam
tanah dengan luas 225 m2 dapat menampung sebanyak 500 ekor, Pakan
yang diberikan pada Induk ikan tambakan berupa pakan komersil dengan kadara
protein 28-32%. Dengan frekwensi pemberian pakan 2 kali sehari sebanyak 2% dari
total berat bimass induk ikan tambakan.
Pemijahan
Induk.
Kegiatan pemijahan induk tambakan
dilakukan secara alami pada wadah terkontrol, dengan perbandingan jantan :
betina adalah 2:1. Sebelum induk dipijahkan maka dilakukan seleksi induk yang
siap memijah. Induk jantan yang siap memijah ditandai dengan kelurnya cairan
sperma bila diurut bagian ujung alat genitalnya. Selain itu dipilih induk
jantan yang tidak sakit dan cacat. Sedangkan induk betina yang siap memijah
ditandai dengan ciri-ciri : perutnya mengembang
dan terasa lembut bila diraba. Badannya lebih lebar dibandingkan dengan induk
jantan.
Setelah
induk diseleksi maka induk jantan dan betina dipijahkan dalam satu wadah
pemijahan. Wadah yang digunakan berupa bak fiber dengan ukuran
1x1x0,5 m, tiap wadah pemijahan di isi 5 pasang induk tambakan. Untuk
suplai
oksigen maka pada wadah pemijahan dilengkapi dengan aerasi. Untuk
menjaga
ketenangan induk selama proses pemjahan maka wadah tersebut ditutup
dengan
plastik hitam. Diatas wadah pemijahan selain ditutup dengan plastik
hitam, juga
di tutup dengan triplek atau papan untuk menjaga agar induk tidak
melompat.
Induk dipijahkan pada waktu sore
hari. Proses pemijahan berlangsung pada malam hari, apabila induk telah memijah
akan ditandai dengan bau amis pada wadah pemijahan dan adanya minyak pada
permukaan air. Apabila dalam 24 jam induk belum memijah maka tunggu hingga 48
jam. Hingga 48 jam induk belum memijah maka angkat induk dan ganti dengan induk
yang lain.
Penetasan
Telur.
Telur – telur yang sudah dibuahi
akan menetas kurang dari 24 jam. Telur yang terbuahi berwarna kuning dan
terapung dipermukaan air dan bersifat planktonis yaitu akan bergerak mengikuti
aliran air. Pada wadah pemijahan induk juga dilengkapi dengan saluran pemasukan
dan pengeluaran yang terletak dibagian atas wadah. Setelah terlihat telur yang
mengapung dipermukaan maka dialirkan air kedalam wadah. Telur akan terbawa
keluar secara otomatis mengikuti aliran air kemudian telur yang keluar dari
wadah pemijahan ditampung pada wadah penetasan telur. Telur-telur yang
tertampung dalam wadah penetasan dihitung dengan cara sampling volumetrik,
tujuan dari penghitungan telur adalah untuk mengetahui mengetahui jumlah telur
yang dihasilkan oleh induk yang memijah dan untuk data dalam menghitung derajat
penetasan.
Telur ikan tambakan akan menetas
antara 18-22 jam setelah pembuahan. Telur yang menetas akan terapung
dipermukaan air dan warna larva yang menetas adalah kehitaman. Larva tambakan
yang menetas kemudian dihitung dengan cara sampling, sehingga dapat diketahui
persentase derajat penetasan larva. Selama proses penetasan berlangsung yaitu
dari mulai pemijahan hingga penetasan telur diusahakan seminimal mungkin telur
mengalami kontak langsung dengan tangan maupun benda luar lainnya seperti
serok, gayung ataupun sendok. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya
tetas telur.
Pemeliharaan
Larva.
Larva ikan tambakan setelah menetas
dipelihara diakuarium selama 5-7 hari. Selama dipelihara diakuarium larva
tambakan diberi makan kuning telur ayam. Larva diberi makan setelah kuning
telurnya habis, yakni pada hari kedua setelah menetas. Frekwensi pemberian
makan sebanyak 3 kali sehari, banyaknya kuning telur ayam yang diberikan adalah
1 butir telur untuk 100.000 larva. Selama diakuarium penyiponan dilakukan
setiap hari dan pergantian air dilakukan setiap 2 hari sekali.
Setelah 5-7 hari dipelihara di
akuarium maka larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva. Sebelumnya kolam
pemeliharaan larva diolah terlebih dahulu, kolam diolah setelah diketahui
terjadi proses pemijahan pada induk ikan tambakan. Pengolahan kolam dilakukan
dengan cara pengeringan kolam kemudian di tebar kapur tohor sebanyak 250 gr/m2
dan pemberian pupuk organik sebanyak 500 gr/m2. Pada kolam
pemeliharaan larva diberi substrat berupa hapa dan pancang kayu untuk tempat
berkembangnya perifiton yang nantinya diharapkan bisa menjadi makanan bagi
larva tambakan. Selain itu pada kolam saat pengisian air juga diberi probiotik
sebanyak 1 liter/250 m2. Larva dipelihara dikolam ini selama 30
hari, diharapkan ukurannya sudah mencapai 2-3 cm.
Setelah 7 hari dari pengolahan
kolam diharapkan sudah mulai tumbuh planktonnya, baik phytoplankton maupun zooplankton.
Diharapkan saat larva ditebar dikolam pemeliharaan ini sudah bisa memakan pakan
alami ( plankton ) yang ada dikolam. Larva mulai diberi makan tambahan setelah
3 hari ditebar dikolam. Pakan yang diberikan adalah pakan benih dalam bentuk
tepung dengan kadar protein 32 %, pakan diberikan secara adlibitum dengan
patokan 10% dari total biomass dan diberikan sebanyak 3 kali sehari.
Post a Comment
Post a Comment