Fakta dan Data menunjukkan bahwa pangsa pasar di Amerika Utara, pasar terbesar RIM selama ini, telah menciut, karena di sana Blackberry kalah besaing dengan Iphone dan Android. Hal ini diperparah dengan turunnya saham RIM di bursa saham Nasdaq. Saham RIM turun 8,47% dari US$ 1,44 menjadi US$ 15,56. Kondisi ini akhirnya memaksa Mike Lazaridis, selaku Chief Executif Officer menyerahkan jabatannya kepada Thorsten Hains, pada 22 Januari 2012.
Namun uniknya, berdasarkan data dari Darwin Lie, Analis Internasional Data Corporation, pertumbuhan penjualan (pengguna) Blackberry di Indonesia justru meningkat 90%! Malah, pada awal tahun 2011, Blackberry merupakan ponsel cerdas teratas di atas Samsung dan HTC. Kondisi inilah yang mendasari pertimbangan RIM mengalihkan bidikan pangsa pasarnya ke negara-negara Asia, khusunya Indonesia (untuk mencoba bertahan hidup di masa senjanya). Hal ini diwujudkan secara nyata dengan adanya acara launching produk Blackberry terbarunya di Indonesia. Pertanyaan selanjutnya adalah : Mengapa hanya di Indonesia penjualannya bisa naik 90%? Mari kita kupas bersama.
Pertama: Kekuatan utama Blackberry di Indonesia adalah pada Blackberry Messenger serta kemudahan koneksi ke media sosial, yang di bundle secara gratis. Hal ini sangat sesuai dengan kultur masyarakat di Indonesia yang cenderung senang bersosialisasi. Hal ini diperkuat data yang menunjukkan bahwa pada jejaring sosial Facebook, Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan India dengan total pengguna sekitar 43,1 juta orang (per 1 Februari 2012). Berarti hampir 17% penduduk di Indonesia memiliki akun di Facebook.
Kedua: kecanggihan sistem operasi bukan menjadi pertimbangan utama sebagian besar masyarakat di Indonesia untuk memilih ponsel, kecual bagi penggemar gudget.
Ketiga: Indonesia adalah pangsa pasar yang unik karena mengutamakan rasa gengsi, hal ini diungkapkan oleh Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing dan Communication PT. Erajaya Swasembada, selaku Distributor Blackberry di Indonesia. Berikut ini percakapan yang sering muncul dalam sebuah komunitas:
Pengguna A: “PIN BBM kamu berapa?”
Pengguna B: “Aku ga pakai BB. Aku pakai Android”
Pengguna A: “Yeah, ga bisa BBM an sama anak-anak lain dong!?”
(Alhasil, karena gengsi dengan teman-teman yang lain dan agar bisa tetap diterima dalam komunitasnya, akhirnya besoknya Pengguna B ‘terpaksa’ berpindah ke ponsel Blackberry. So,welcome to the club!)
Terlepas dari fenomena keruntuhan RIM dan kultur unik masyarakat Indonesia adalah bagaimana kesinambungan pelayanan Blackberry di Indonesia? Jika bisa bertahan dalam tahun ini, bagaimana pelayanan kepada para fans setianya di 2 tahun kedepan? Apalagi terdengar kabar bahwa perusahaan asal Korea Selatan, Samsung, telah siap untuk mengakuisisinya. Well, menurut saya, sejauh RIM dengan Blackberry-nya mampu menjaga 2G (gratis, packet bundling dan gengsi, sebagai smartphone kelas atas), maka Blackberry akan abadi di Indonesia tercinta ini.
ALASAN PENDUKUNG LAINNYA
1. BlackBerry? Keren!
Ok, itulah yang ada di benak sebagian besar masyarakat kita. Lihat saja saat jam istirahat
siang, restoran dan kedai makan tidak hanya penuh dengan orang namun penuh juga dengan
BlackBerry yang ada di tangan pengunjungnya.
Lihat juga di mall, dari usia sekolah sampai yang telah berumur terlihat menggenggam
BlackBerry. Suara alert dari BBM dan notifikasi lain di BlackBerry sepertinya telah menjadi
bagian dari kehidupan kota. Singkatnya, tanpa BlackBerry Anda dianggap ‘gak gaul’.
2. Demam BlackBerry
‘Demam’ bisa diartikan sebagai sesuatu yang menular. Dari mulut ke mulut fitur yang
ditawarkan BlackBerry berkembang dan memunculkan rasa penasaran. Sebagai contoh,
jika di awal 2008 hanya satu/dua orang saja di sebuah kantor yang memiliki BlackBerry
smartphone maka kini bisa disebut hampir semua orang kantoran punya BlackBerry.
Bahkan anak sekolah dari usia SD sampai SMA pun dibelikan BlackBerry oleh orang tuanya.
Ya, staff marketing BlackBerry harus berterima kasih pada pengguna BlackBerry Indonesia
yang telah menyebarkan virus demam BlackBerry ini
3. Pengalaman baru
Seperti dilaporkan oleh BBC, ahli IT Onno Purbo mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara
pengguna selalu mencari sesuatu yang baru. Dan itu ditawarkan oleh BlackBerry. Barangkali
karena sekian lama masyarakat Indonesia terbiasa memakai ponsel dengan keypad standar,
maka ketika BlackBerry masuk ke Indonesia dengan menawarkan konsep QWERTY keypad
maka antusias dan rasa penasaran pun tak bisa dibendung.
Belum lagi jika disebut bisa berkirim pesan tanpa berkurang pulsa. Ya, meski Apple punya
iMessage di iOS 5 dan Android juga akan punya Google Messenger, tapi dunia mengakui
BlackBerry-lah smartphone pertama yang memiliki layanan mobile messenger, BBM.
4. Demam social media
Tidak dipungkiri internet menjadi satu-satunya pemicu berkembangnya smartphone. Data
statistik Socialbakers mengestimasi Indonesia kini memiliki 37 juta pengguna Facebook
yang berarti separuh dari pengguna Facebook di Amerika. Sementara itu comScore
menempatkan Indonesia pada posisi ke-4 dari pengguna Twitter tertinggi di seluruh dunia.
Bukan hanya ajang menjalin pertemanan, namun dua social media tersebut telah menjadi
sarana paling ampuh untuk menjalin simpati dan menyebarkan berita, bahkan seringkali lebih
cepat dari breaking news di televisi. Sebut saja solidaritas untuk Prita Mulyasari atau support
untuk kegiatan sosial yang lebih mudah dan cepat jika memakai sarana Facebook dan Twitter.
Dan semua itu bisa terjadi karena adanya BlackBerry smartphone.
5. Kesan mahal
Harus diakui pemikiran seperti itu ada di masyarakat kita meski sebenarnya tidak semua
smartphpne BlackBerry mahal. Bahkan jika dibanding smartphone Android high-end atau
iPhone, maka BlackBerry masih tergolong lebih rendah harganya. Namun justru kesan mahal
itulah yang membuat sebagian masyarakat Indonesia tergila-gila dengan BlackBerry.
UPDATE 2014
sejak adanya BBM for android kini BB di indonesiapun kurang laku haha
Post a Comment
Post a Comment