Ninja terkenal sebagai “silent assassin” di masa keshogunan Jepang.
Pasukan khusus yang terlibat dalam tugas-tugas spionase. Meski tidak
menggunakan persenjataan moderen, keahlian dan reputasi mereka tetap
dibicarakan hingga kini. Salah satu ninja legendaris yang sering disebut
namanya adalah Hanzo Hattori
Pada awalnya saya mengira Hanzo Hattori hanyalah tokoh fiksi dalam
sejarah Jepang. Namun saya begitu terkejut saat mengetahui nama Hanzo
Hattori bukan sekedar rekaan semata. Yang lebih mengesankan lagi,
namanya begitu harum dan sangat dihormati oleh masyarakat Jepang.
Figurnya sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah Jepang. Sebagai
bukti makamnya saat ini masih terawat dengan baik di kuil Sainen-ji yang
terletak di Shinjuku Tokyo.
Di masa lalu ada dua kelompok ninja yang terkenal yaitu ninja dari Iga
dan Koga. Daerah Iga di masa lalu sempat melepaskan diri dari kekuasaan
para daimyo. Kemudian daerah ini menjadi semacam wilayah yang bebas
tidak dikuasai oleh siapapun. Daerah Iga terkenal sebagai tempat asal
para ninja yang tangguh. Ninja Iga yang dalam bahasa Jepang disebut
Iga-mono, terkenal dengan keahliannya dalam menyusup, bersembunyi, ilmu
peledak, ilmu racun dan pengobatan tradisional.
Perguruan Iga, atau Iga-ryu terbagi atas tiga kelas ninja, yaitu ninja
kelas atas (jounin), ninja kelas menengah (chunnin) dan ninja kelas
bawah (gennin). Ninja diperkirakan muncul pertama kali sekitar tahun
1487. Saat itu Shogun Yoshihisa Ashikaga menyerang Takayori Rokkaku yang
menjadi daimyo (gubernur) di daerah Omi. Ninja Iga dan Koga bersatu
membantu Takayori Rokkaku hingga akhirnya serangan itu berhasil
digagalkan.
Makam Hattori (foto kiri) dan gerbang Hanzo (foto kanan). Di makam ini
Anda dapat menyaksikan baju perang dan senjata tombak Hattori. Semuanya
masih terawat dengan sangat baik.
Hanzo Hattori (1542 – 1596) adalah anak dari Yasunaga Hattori seorang
samurai terkenal. Yasunaga Hattori juga kepala dari kelompok Iga. Lahir
dan dibesarkan di Propinsi Mikawa, Hattori adalah ninja dari Iga yang
paling terkenal. Meski demikian Hattori sering kembali ke Iga untuk
mengunjungi keluarganya. Hattori terkenal sebagai orang yang ahli
senjata terutama pedang dan tombak. Kepiawaiannya bisa jadi tidak kalah
dari samurai legendaris Miyamoto Musashi. Kemasyhurannya telah terdengar
dimana-mana. Selain teknik senjata Hattori juga terkenal sebagai ahli
strategi yang handal. Kemahiran dan keberaniannya sudah terlihat sejak
remaja. Konon Hattori telah menjalani pertarungan pertamanya dalam usia
16 tahun. Hattori juga telah terlibat dalam perang besar di Anegawa
(1570) dan Mikatagahara (1572).
Peran terbesar Hattori adalah tahun 1582 saat itu dirinya menunjukkan
jalan bagi Ieyasu Tokugawa untuk meloloskan diri dari serangan Oda
Nobunaga. Jalan yang ditunjukkan Hattori melewati wilayah Iga dan Koga
hingga akhirnya Ieyasu berhasil selamat sampai di Propinsi Mikawa. Oda
Nobunaga yang dijuluki sebagai “the evil king of sengoku” akhirnya tewas
dalam kerusuhan itu.
Menghargai jasa Hattori, Ieyasu yang dikemudian hari menjadi shogun
mempekerjakan sekitar 200 ninja Iga menjaga istana di Yotsuya. Para
ninja menjaga gerbang yang menjadi kunci masuk ke Yotsuya. Sebagai
penghargaan bagi Hattori, salah satu gerbang diberi nama Gerbang Hattori
karena kediaman Hattori berdekatan dengan pintu masuk itu. Ketika
Yoshimune Tokugawa (1719-1745) berkuasa, ninja dari Iga diberhentikan
dan diganti pengawal lokal.
Hanzo Hattori meninggal dalam usia 55 tahun. Ada rumor menyatakan
kematian Hattori karena terbunuh dalam suatu pertarungan dengan Kotaro
Fuma yang juga seorang ninja dari Koga. Namun hal ini sulit dibuktikan.
Setelah kematiannya, Hanzo Hattori diteruskan oleh anak laki-lakinya
yang tertua yaitu Masanari Hattori. Peran penting Masanari telah
diperhitungkan oleh Ieyasu Tokugawa.
Saat itu Ieyasu memasukkannya sebagai komandan pasukan saat Perang
Sekigahara tahun 1600. Masanari diberi kepercayaan oleh Ieyasu untuk
menjaga Istana Edo. Konon karena tindakan yang kasar pada kelompoknya,
Masanari kemudian dicoret dari daftar pasukan oleh Ieyasu. Demi
membersihkan nama baiknya dan keluarga Hattori atas tindakan memalukan
itu, Masanari kemudian berperang dengan berani di Osaka tahun 1614.
Dalam perang itu Masanari terbunuh dan digantikan oleh saudaranya yaitu
Masashige Hattori.
Meski telah lebih dari 400 tahun sejak kematiannya, legenda Hanzo
Hattori seakan tidak pernah mati. Dalam cerita komik, novel, anime dan
game yang bertema samurai atau tradisional Jepang nama Hanzo Hattori
sepertinya tidak boleh dilewatkan. Tampaknya inilah cara orang Jepang
mengingat figur pahlawan mereka.
Begitu populernya figur Hanzo Hattori hingga menarik minat Hollywood
untuk menggunakan namanya. Kalau pernah menonton film Kill Bill 2 Anda
tentu masih ingat pembuat pedang bernama Hanzo Hattori yang diperankan
dengan sangat apik oleh aktor senior Jepang Sonny Chiba. Walau terlibat
dalam Kill Bill 2, sebenarnya Sonny Chiba juga pernah memerankan ninja
Hanzo Hattori dalam film “Kage no Gundan” (1980). Film ini pernah
ditayangkan SCTV sekitar tahun 1994 silam.
Sonny Chiba sebagai Hanzo Hattori
“Kage no Gundan” berkisah tentang kehidupan ninja Iga yang dipimpin
Hattori dalam melayani pemerintahan Ieyasu Tokugawa berikut misi yang
harus mereka jalani. Film ini juga menyajikan intrik-intrik politik
dipadu dengan sejarah Jepang. Aksi laga yang bagus juga dapat disaksikan
karena menyajikan pertarungan ala Jepang saat ninja Iga berkonfrontasi
dengan ninja lain. Musik digarap dengan serius karena tidak kurang dari
70 musik didalamnya.
Adegan ninja Iga yang melompat keatap misalnya, dapat ditampilkan sangat
baik tanpa terlihat ditarik tali seperti film laga umumnya. Karena
bobot cerita yang realistis dan serius, film ini termasuk “kelas berat”
yang butuh waktu untuk memahaminya. Namun secara keseluruhan “Kage no
Gundan” masih termasuk film genre ninja terbaik hingga saat ini. Semoga
saja ada stasiun TV yang bersedia memutar ulang.
Saat ini daerah Iga telah menjadi bagian Prefektur Mie. Anda masih dapat
melihat bekas-bekas keberadaan ninja di prefektur ini. Wilayah yang
dulunya tempat asal ninja Iga ini terletak di lembah pegunungan.
Sehingga untuk menuju kesana butuh kerja keras karena kondisi jalan yang
buruk. Iga dekat dengan daerah Nara dan Kyoto serta dapat dicapai dari
Tokyo, Osaka dan Nagoya (Indoshotokan).
Post a Comment
Post a Comment