Dulu, jarang sekali muncul kendala pada merpati pos seusai diterbangkan ratusan kilometer. Sekitar 50% dari burung yang diterbangkan, akan pulang hari itu pula dan sisanya baru keesokan harinya. Namun belakangan ini, merpati pos yang diterbangkan dengan jarak sama, yang pulang tinggal sekitaran 25%. Apa penyebabnya?
Ada berbagai kemungkinan. Bisa dimakan alap-alap (elang), bisa juga karena minum di persawahan yang usai disemprot pestisida, namun bisa pula disebabkan banyaknya persawahan yang menering sehingga menyulitkan merpati mencari air minum ketika pengin minum dan kelelahan.
Memang, multi masalah yang sering dijumpai oleh mania merpati pos ketika menerbangkan merpatinya.
Jika dulu merpati pos tidak kembali ada kemungkinan karena merpati diterkam oleh alap-alap (Elang) atau minum di areal persawahan, padahal sawah baru saja dipupuk atau semprot pestisida, juga bisa saja setelah minum ditangkap oleh manusia dan ditembak, dikira merpati liar.
Bisa juga karena kelelahan, merpati hinggap di areal penduduk lantas ditangkap. Mau tidak mau merpati tidak akan kembali dan jika kembali pun bisa berminggu-minggu atau bulan jika merpati tersebut dilepas lagi oleh si penangkap.
Ada juga, akibat kelelahan usai menempuh perjalanan jauh, dan para pelepas tidak memperdulikannya lagi sehingga merpati esoknya dilepas lagi. Padahal karena rasa capek dalam perjalanan, merpati perlu diistirahatkan minimal 24 jam agar kondisi tenaga pulih, selanjutnya boleh dilepas (diterbangkan).
Jika cara ini dilakukan, maka merpati yang tiba dikandang akan lebih banyak. Namun, belakangan ini memang berbeda dari waktu-waktu sebelumnya.
Dengan kondisi musim kemarau dan minim sekali hujan diharapkan laju merpati akan lebih cepat pulang sampai di kandang. Begitu juga arah angin dorong cukup kencang, membuat mérpati ketika terbang tidak merasa berat.
Namun satu hal yang mungkin tidak terpikirkan kita selama ini adalah cuaca panas dan banyak lahan persawahan yang kering belakangan ini, sehingga minim sekali lahan untuk mendapatkan air minum ketika merpati dalam perjalanan.
Padahal sebelumnya, untuk mendapatkan air cukup mudah, karena di sawah banyak air. Begitu kelelahan, merpati turun dan minium, selanjutnya terbang kembali.
“Faktor cuaca panas dan banyak sawah yang kering menyebabkan banyak merpati yang tidak kembali di kandang,” tutur Andreas, mania pos lama asal Cirebon sebagaimana dikutip Agrobis Burung.
Pada tahun 2012 ini kondisi cuaca memang relatif panas. Hal itu menyebabkan stamina merpati ketika diterbangkan mudah terkuras. Ketika ingin mencari minum, mereka mengalami kesulitan, dan mau tidak mau minum di sembarang tempat. Bisa di sungai atau masuk kekandang merpati orang lain. Setelah minum, merpati ditangkap olah masyarakat sekitar.
“Kondisi seperti ini yang terjadi belakangan, sehingga merpati minim sekali pulang kandang,” tambahnya.
Terus, bagaimana cara mengatasinya?
Tentunya mania harus paham kondisi lapangan. Berikan kebutuhan makan dan minum semaksimal mungkin. Selain itu, istirahatkan merpati secara cukup. Misalnya, kandang merpati ada di Bandung, tentunya ketika lepas di timur (Situbondo) istirahat merpati harus cukup.
Minggu dilepas pukul 06.00 WIB, maka Sabtu pagi harus sudah sampai tempat lepas. Di sini, merpati dirawat semaksimal mungkin, baik dalam hal makanan atau minuman. Setelah itu, beri kenyamanan di malam harinya.
Bila ini dilakukan, kemungkinan besar kondisi stamina merpati akan bagus dan minim sekali untuk turun guna mencari makan dan minum. Dan karenanya peluang untuk pulang ke kandang akan lebih besar. (*)
sumber : http://omkicau.com/
Post a Comment
Post a Comment