Setelah
sebelumnya bekerjasama lewat Prometheus (2012), Michael
Fassbender kini kembali berada di bawah arahan Ridley Scott untuk film terbaru
yang diarahkannya, The Counselor. Dalam film ini, Fassbender berperan
sebagai seorang pengacara tampan dan sukses yang dalam kesehariannya dipanggil
dengan sebutan sang konselor – dan nama karakternya sama sekali tidak pernah
diungkap hingga akhir film. Atas saran sahabatnya, seorang pengusaha –
sekaligus pengedar obat-obatan terlarang, Reiner (Javier Bardem), yang selalu
menilai bahwa sang konselor kurang mampu mengembangkan harta dan posisi yang
dimilikinya saat ini, sang konselor lalu memutuskan untuk turut terlibat dalam
perdagangan obat-obatan terlarang yang menjanjikan keuntungan sangat besar.
Meskipun menguntungkan, rekan bisnis sang konselor, Westray (Brad Pitt),
mengingatkan bahwa bisnis haram tersebut sangat beresiko tinggi mengingat sang
konselor akan berhubungan langsung dengan kartel obat-obatan terlarang asal
Meksiko yang dikenal tidak ragu untuk mengambil tindakan kekerasan jika mereka
merasa dirinya terancam. Tetap saja, sang konselor memilih untuk terjun dan
terlibat dalam bisnis perdagangan gelap tersebut.
Walaupun
berjalan lancar pada awalnya, sebuah masalah terjadi dalam proses distribusi
obat-obatan terlarang tersebut. Sialnya, salah seorang yang terlibat dalam
terganggunya proses distribusi obat-obatan terlarang tersebut pernah
berhubungan bisnis dengan sang konselor. Hasilnya, kini sang konselor harus
menerima tuduhan bahwa dirinya telah berkhianat dan mencoba untuk merebut obat-obatan
terlarang tersebut. Westray lantas mengingatkan sang konselor untuk segera
pergi sejauh mungkin karena para kartel obat-obatan terlarang Meksiko tengah
mengincar nyawanya. Dengan penuh putus asa, sang konselor berusaha
menyelamatkan dirinya dan tunangannya, Laura (Penélope Cruz), sebelum para
kartel tersebut berhasil menangkap mereka.
Mereka yang
telah familiar dengan film-film yang diadaptasi dari novel karya Cormac
McCarthy seperti No Country for Old Men (2007) dan The Road (2009) jelas telah turut
mengenal dengan kekelaman jalan cerita yang hadir dalam The Counselor.
Merupakan naskah cerita film layar lebar perdana yang dikerjakan oleh McCarthy, The
Counselor masih membawakan tema-tema seperti ketamakan manusia, ego hingga
berbagai tragedi di dalam jalan ceritanya. Namun, entah kesalahan berada pada
Ridley Scott yang kurang mampu memahami naskah cerita yang ditulis oleh
McCarthy atau naskah cerita McCarthy yang memang terlalu dangkal, The
Counselor tidak pernah benar-benar mampu hadir sebagai sebuah jalan cerita
yang utuh. Dalam 117 menit presentasi ceritanya, The Counselor terus
menerus menghadirkan potongan kisah tanpa pernah sekalipun berniat untuk
menjadikannya sebagai sebuah kesatuan yang sempurna. Membingungkan.
Buruk? Tidak
juga. Meskipun penonton seperti dibiarkan untuk menghasilkan interpretasi
tersendiri atas potongan-potongan audio visual yang disajikan Scott kepada
mereka, The Counselor sama sekali tidak pernah terasa sebagai sebuah
presentasi yang berkualitas rendahan. Scott mampu menghadirkan kekelaman kisah
dalam jalan cerita film ini dengan presentasi yang begitu nyata dan… well…
cukup mengganggu. 30 menit akhir pengisahan The Counselormungkin adalah
bagian paling terstruktur dalam penceritaan film ini dan Scott berhasil
menyajikannya dengan begitu baik sehingga tidak ada satupun penonton yang akan
dengan mudah melupakan apa yang baru saja mereka saksikan.
Mari lihat jajaran
pemeran yang berhasil dikumpulkan oleh Scott untuk The Counselor: Michael
Fassbender, Cameron Diaz, Javier Bardem, Penélope Cruz hingga Brad Pitt.
Jajaran pemeran dengan kemampuan akting yang jelas tidak perlu diragukan lagi
dan Scott berhasil memaksimalkan penampilan setiap pengisi departemen aktingnya
dengan begitu sempurna – terlepas dari kekurangan yang hadir akibat
minimnya pengembangan beberapa karakter. Fassbender sekali lagi membuktikan
bahwa dirinya memiliki jangkauan akting yang begitu luas. Dalam The
Counselor, Fassbender diberikan kesempatan untuk hadir dalam penampilan yang
cenderung berubah secara emosional dalam setiap tahapan cerita. Dan Fassbender
mengeksekusi setiap perubahan emosional karakternya tersebut dengan sukses!
Penonton akan mampu merasakan bagaimana karakter yang diperankan Fassbender
mengalami perubahan dalam jalan pemikiran dan sikapnya hingga turut merasakan
rasa putus asa ketika karakternya telah demikian tersudut akibat sebuah
keputusan fatal yang diambilnya.
Sayangnya,
selain Fassbender, penampilan Diaz, Bardem, Cruz maupun Pitt hadir dalam
kapasitas yang begitu terbatas akibat pengembangan karakter yang begitu minim.
Karakter Malkina yang diperankan oleh Diaz sebenarnya sangat berpotensi untuk
menjadi sosok antagonis yang kuat. Namun kemudian gagal karena minimnya porsi
penceritaan yang diberikan pada karakter tersebut. Sama halnya dengan karakter
Laura yang diperankan Cruz yang jelas hanya tampil sebagai karakter pendamping
bagi karakter yang diperankan Fassbender. Untungnya, seluruh jajaran pemeran The
Counselor tampil dalam penampilan akting yang sangat memuaskan. Dan
didukung dengan penampilan tambahan dari John Leguizamo, Natalie Dormer, Goran
Visnjic, Rosie Perez, Dean Norris, Bruno Ganz, Toby Kebbell, Edgar Ramirez
hingga Rubén Blades, The Counselor adalah sebuah film dengan departemen
akting yang sangat solid!
Ridley Scott
jelas meminta penontonnya untuk melakukan lebih dari sekedar datang ke sebuah
bioskop dan menikmati jalan cerita dari film yang mereka saksikan. Lewat The
Counselor, Scott seperti menginginkan agar penonton mau memberikan usaha lebih
untuk menyatukan berbagai teka-teki yang ia sajikan untuk kemudian mendapatkan
interpretasi tersendiri mengenai apa yang tersaji dalam The Counselor.
Bukan masalah besar, sebenarnya, jika saja Scott (dan Cormac McCarthy) turut
mau bekerja lebih keras dalam menyajikan presentasi cerita yang tertata dengan
lebih baik. The Counselor mungkin akan memberikan kesan yang cukup
mendalam melalui penampilan para pemerannya yang berkelas serta jalan ceritanya
yang sangat kelam – dan tragis. Namun, dengan penataan kisah yang terlalu acak, The
Counselorkehilangan banyak esensinya dan akhirnya hadir sebagai sebuah sajian
yang hampa pada keseluruhan presentasinya.
Post a Comment
Post a Comment