Kalau sebelumnya sudah dijelaskan ciri-ciri kacer siap tempur, maupunciri-ciri kenari siap lomba (keduanya berdasarkan pengalaman Andre “Obelix” Sutanto), kali ini Om Kicau akan membahas ciri-ciri cendet yang siap dilombakan. Bukan sekadar melihat apakah burung dalam kondisi fit untuk dilombakan atau tidak, tetapi juga harus melihat beberapa tengara lain seperti: 1) bentuk sayap dan ekor, 2) bentuk muntahan, 3) bentuk feces (kotoran), dan 4) intensitas kicauan.
—
Di alam liar, cendet yang dalam kondisi sangat fit dan birahi optimal biasanya terlihat pada saat musim kawin atau musim berkembang biak. Saat itulah burung jantan akan berlomba-lomba menunjukkan kicauannya yang paling merdu kepada burung betina yang diincarnya.
Sebaliknya, burung betina akan membalas kicauan sang pejantan dengan suara indahnya (fakta di berbagai lomba, banyak juga cendet jawara yang berjenis kelamin betina). Burung betina yang mampu membalas bujuk rayu sang pejantan tentu juga berada dalam kondisi fit dan birahi optimal.
Nah, pemahaman mengenai puncak kicauan burung cendet di alam liar inilah yang menjadi dasar bagi cendet mania dalam memantau gaconya apakah benar-benar siap tempur alias siap dilombakan. Jadi, burung dalam pemeliharaan di dalam sangkar pun tetap harus menjadikan kebiasaannya di alam liar sebagai referensi atau rujukan dalam perawatan hariannya.
Selain itu, ada faktor lain yang tidak boleh dipungkiri jika kita ingin melombakan cendet (juga burung kicauan lainnya), yaitu kapan sih burung dalam kondisi top form. Sebab, sebagian besar burung kicauan memiliki siklustop form tertentu.
Cendet, misalnya, biasanya sudah bisa dilombakan setelah 1 bulan masa mabungnya rampung. Jadi sejak 1-30 selesai mabung merupakan masa prakondisi. Setelah masa prakondisi lewat, inilah saat yang tepat bagi cendet mania untuk menurunkan gaconya ke berbagai even.
Jika ditunjang dengan perawatan harian yang tepat, termasuk masalah pakandan terutama mandi dan jemur, cendet sudah bisa dikatakan dalam kondisi siap tempur atau siap dilombakan. Kondisi ini bisa bertahan selama 3-4 bulan.
Setelah masa tersebut, cendet akan mencapai peak performance, top form, atau puncak penampilan terbaiknya sesuai dengan kapasitas individu burung itu sendiri. Jadi pembandingnya adalah kondisi dari cendet itu sendiri (dilihat dari waktu ke waktu). Bukan dibandingkan dengan cendet lain, karena banyak faktor yang terlibat di sini, mulai dari kualitas genetik dari individu cendet itu sendiri, perawatan, setelan pakan, dan sebagainya.
Pada saat cendet dalam kondisi top form, burung akan terlihat sangat agresif dan tambah rajin berkicau. Pada beberapa jenis cendet yang hidup di alam liar, kondisi top form seringkali diikuti dengan perubahan warna bulu, sehingga menjadi lebih mengkilap daripada biasanya. Bahkan, pada beberapa jenis burung lain, sebagian warna bulunya akan berubah menjadi kehitaman.
Dari uraian di atas, penting bagi Anda untuk membuat catatan mengenai kapan cendet rampung mabung. Jadi Anda bisa mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melombakannya, kapan burung mencapai top form, dan sekaligus untuk mengantisipasi kapan burung akan memasuki masa mabung berikutnya.
Sebab, karena ketidaktahuannya, banyak kicaumania yang memaksa gaconya turun ke lomba ketika beberapa bulunya sebenarnya mulai rontok. Meski terkadang saat itu tak begitu berpengaruh, efek jangka panjang bisa membuat burung stres.
Meski cendet sudah lepas dari masa prakondisi, bahkan sudah memasuki masa top form, sehingga secara teori sudah bisa diturunkan ke lapangan, empat tengara seperti dijelaskan di awal tulisan ini tetap harus dicermati, untuk memastikan apakah cendet benar-benar dalam kondisi siap tempur.
Berikut ini uraian mengenai empat tengara untuk memastikan apakah cendet benar-benar dalam kondisi siap tempur, atau siap untuk dilombakan :
1. Melihat bentuk sayap dan ekor
Cendet yang dalam kondisi sangat fit akan selalu mengapit kedua sayapnya sangat rapat, hingga dalam posisi menyilang. Begitu juga bulu ekornya yang saling menumpuk, hingga terlihat menyerupai angka 1 (satu).
Ciri-ciri tersebut, bagi sebagian besar cendet mania, seperti “disepakati” sebagai salah satu tengara utama burung cendet yang sudah siap tempur.
Sebenarnya, dalam literatur perunggasan secara umum (termasuk ayam), posisi sayap yang mengapit rapat memang merupakan pertanda bahwa burung dalam kondisi sehat. Sebaliknya, jika kedua sayap terkulai ke bawah, atau bahkan hampir mendekati kaki (shank), sebagian menunjukkan kondisi unggas tidak fit, dan sebagian lagi menjadi gejala dari penyakit tertentu.
2. Melihat bentuk muntahan
Burung cendet memiliki kebiasaan memuntahkan pakan yang tidak dapat dicerna oleh organ pencernaannya. Nah, bentuk muntahan ini juga bisa dijadikan tengara apakah burung dalam kondisi fit dan siap dilombakan atau tidak. Jika muntahannya terlihat padat, dan berbentuk lonjong dengan sempurna, itu pertanda burung siap tempur.
3. Melihat bentuk kotoran
Feces atau kotoran burung juga kerap dijadikan salah satu acuan dalam melihat kondisi fisiknya, apakah siap tempur atau tidak. Pada cendet, kotoran yang berbentuk kecil tapi padat menunjukan burung dalam kondisi siap tempur, alias siap untuk dibawa lomba.
4. Melihat intensitas kicauan
Kondisi seperti ini tidak sering ditunjukan beberapa jenis burung kicauan. Jadi tergantung karakter burungnya saja. Ada yang menjadi bertambah rajin bunyi daripada biasanya. Ada pula yang tidak mau bunyi, namun mau bunyi ketika melihat burung lain atau ketika kita memindahkan sangkarnya. Jadi, untuk masalah ini, silakan disesuaikan dengan karakter cendet Anda di rumah.
Perlu diingat, empat tengara ini hanya dilakukan ketika burung sudah lepas dari masa prakondisi hingga masa top form. Artinya, tidak perlu diterapkan ketika burung masih berada dalam masa prakondisi (1-30 hari usai mabung), apalagi ketika burung masih mabung.
Setelan untuk cendet siap tempur
Pada saat cendet dalam kondisi siap tempur, Anda bisa menerapkansetting atau setelan khusus lomba, baik menurut cara Anda sendiri, maupun mengikuti setelan dari beberapa pemilik cendet jawara (termasuk yang beberapa kali ditampilkan di omkicau.com).
Setelan khusus lomba bisa dimulai sekitar tiga hari sebelum dilombakan (H-3) hingga hari lomba. Jangan takut melakukan eksperimen sendiri, ketika Anda sudah mencoba setelan para pemain cendet belum juga memberi hasil sesuai yang diharapkan, karena karakter individu cendet tak mungkin sama, bahkan lokasi pemeliharaan dengan kondisi cuaca berbeda pun akan memberikan hasil yang berbeda pula.
Jika Anda sudah menemukan setelan yang pas, sesuai dengan karakter burung dan lingkungan pemeliharaan, maka segera dijadikan setelan standar khusus untuk seekor cendet Anda.
Sebagai penutup, jangan pernah mengabaikan pemberian multivitamin, karena sangat membantu mendukung kondisi burung selalu fit. Jika sudah terbiasa dengan merek lain, silakan dilanjutkan. Jika merasa kurang puas, silakan biasakan memberikan BirdVit yang sudah digunakan puluhan ribu kicaumania di Indonesia.
Khusus untuk sobat kicaumania yang punya cendet, tetapi belum juga rajin bunyi, jangan ragu menggunakan TestoBirdBooster (TBB). Sepanjang kualitas genetik burung tidak terlalu buruk sekali, cendet yang malas bunyi tetap bisa didesain menjadi gacor melalui suplemen ini.
Semoga bermanfaat.
—
sumber : http://omkicau.com/
Post a Comment
Post a Comment