Pepatah mengatakan seorang pria
rentan godaan terhadap harta, tahta dan wanita. Dan bila dibalik maka
seorang wanita akan rentan godaan terhadap harta, tahta dan pria. Film buatan
Thailand ini bercerita setidaknya tentang salah satu poin dalam pepatah
tersebut yaitu tahta. Seseorang bisa mencintai kekasihnya dengan segenap hati
namun juga bisa luntur hanya karena tahta. Dikemas dalam suasana komedi dan
bukan drama melankolis sehingga tidak perlu terlalu takut akan menguras air
mata.
Jib (Preechaya Pongthananikorn) seorang
wanita karir yang bekerja sebagai wakil direktur di sebuah bank bernama JNBC
(Japan National Bank of Commerce), sebuah bank dari Jepang. Peraturan di bank
itu menyebutkan bahwa sesama pegawai tidak boleh menjalin hubungan percintaan
jika ketahuan maka salah satunya harus keluar. Jib adalah salah satu orang yang
berwenang untuk menyidangkan hal itu. Sayangnya dibalik semua itu ternyata dia
menjalin hubungan dengan Suer (Chantavit Dhanasevi) yang tak lain adalah
bawahannya sendiri.
Setelah kurang lebih selama 5
tahun menjalani cinta secara sembunyi-sembunyi maka diputuskan untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perkawinan. Sayangnya ada
hambatan dengan peraturan perusahaan sehingga siapa yang akan keluar dari
pekerjaannya. Di sinilah ego masing-masing muncul menjadikan sebuah konflik yang
mau tidakmau harus dihadapi. Suer sebagai seorang laki-laki mengharapkan dia
yang tetap bekerja dengan alasan sebagai kepala keluarga dan seorang istri
tugasnya mengurus rumah tangga di rumah. Jib mempunyai alasan bahwa dia
memiliki jabatan, karir dan gaji yang lebih tinggi sehingga sayang bila dilepas
begitu saja. Egoisme masing-masing merupakan salah satu ciri orang-orang Asia
terkait tahta apalagi jaman sekarang ini untuk mencari kerja saja sulit sekali.
Pada saat yang bersamaan terjadi
kesalahan dalam pemasangan software baru di sebuah mesin ATM (Automatic Teller
Machine) di dekat lapangan bola. Gara-garanya adalah pegawainya tidak paham
bahasa Jepang. Uang yang keluar dari mesin ATM akan digandakan dua kali lipat
dari semestinya yang diambil. Akibatnya tentu saja heboh, berawal dari satu
mulut akhirnya bisa menyebar kemana-mana mengenai mesin ATM tersebut. Peud
(Thawat Pornrattanaprasert) secara tak sengaja mendapatkan rejeki tersebut dan
langsung menelepon kepada temannya Pad (Chaleumpol Tikumpornteerawong) yang
sedang menonton bola. Karena obrolan mereka keras maka terdengar orang-orang
disampingnya. Tak ayal lagi semua orang menuju mesin ATM tersebut dan penonton
di lapangan bola tersebut menjadi kosong melompong. Lucu bukan ?
Jib mendapat tugas untuk
menyelidiki kasus itu dengan melakukan pengecekan melalui kamera cctv, daftar
orang pengambil ATM dan mendatangi kantor cabang mesin ATM itu berada. Pimpinan
bank juga menugaskan untuk menarik kembali uang yang double tersebut. Karena
tugasnya cukup berat maka Suer memanfaatkan kesempatan itu dengan memberikan
tantangan. Bila Suer bisa menyelesaikan kasus tersebut maka Jib yang harus
keluar dari pekerjaannya dan sebaliknya bila Jib yang mampu menyelesaikannya
maka Suer harus keluar. Barang siapa yang bisa menagih uang yang double dari
nasabah dalam jumlah paling besar maka dialah yang menang.
Baik Jib maupun Suer menempuh
berbagai cara untuk menemukan nasabah-nasabahnya bahkan dengan cara-cara yang
curang sekalipun. Misalnya saja menaruh obat tidur pada minuman, menyamar
sebagai polisi, menyabotase fax dll. Jumlah uang yang dikumpulkan mereka berdua
sama besarnya dan hanya tinggal satu nasabah terakhir yang akhirnya menjadi
rebutan karena akan menjadi poin penting sebagai pemenang.
Keterlibatan nasabah diwakili
oleh Peud yang menggunakannya untuk membeli sepeda motor, Pad yang menambal
gigi emas, tukang laundry yang membeli mesin cuci, pecinta hewan yang membeli
buaya. Mereka tidak bisa membayar sekarang karena tidak punya uang walaupun
tahu mereka bersalah. Jib menyadari bahwa pihak bank sebenarnya bersalah juga
makanya dia memutihkan uang tersebut. Suer merasa gembira dengan keputusan itu.
Sayangnya godaan tahta begitu
mengguncang. Sekembalinya Jib di kantor pusat ternyata mengeluarkan rekaman
pengakuan dari nasabah-nasabah itu dan melaporkannya kepada pimpinan bank.
Otomatis pihak bank menagih kembali. Peud, Pad, tukang laundry dan pecinta
buaya ditelepon pihak bank untuk membayar kembali padahal sesuai janji Jib,
mereka diputihkan. Suer protes kepada Jib karena apa yang dijanjikannya
ternyata tidak ditepati. Akhirnya karena merasa malu maka Jib memutuskan
keluar dari pekerjaannya.
Suer yang merasa bertanggung
jawab akan janji tersebut, meminjamkan uang kepada keempat orang tersebut untuk
membayar ke bank dan mereka boleh mencicilnya. Sebenarnya uang tersebut adalah
untuk biaya perkawinan mereka sehingga otomatis perkawinan mereka batal. Dan
tentu saja cinta mereka kandas. Tidak ada yang menang, semuanya kalah. Inti
cerita yang bisa diambil maknanya adalah cinta butuh pengorbanan dan bukan
keangkuhan.
Film ini adalah bergenre komedi
sehingga ada hal-hal yang tidak masuk akal dan berlebihan jadi harap maklum.
Format film dengan resolusi tinggi yang terang dan jelas cukup enak ditonton
dibandingkan dengan produksi film Indonesia yang tidak terang atau kabur dengan
resolusi rendah.
Post a Comment
Post a Comment