Burung hantu kini makin menjadi burung favorit di kalangan petani. Entah terinspirasi keberhasilan Desa Tlogoweru (Demak), atau makin intensifnya para penyuluh pertanian, belakangan ini pemberitaan berbagai media mengenai pemanfaatan burung hantu di lahan pertanian makin sering. Selain untuk tujuan tersebut, burung hantu juga bisa dijadikan burung kesayangan di rumah, karena mudah sekali beradaptasi dengan manusia, cepat jinak, dan bisa dijadikan teman bermain di rumah.
—
Burung hantu termasuk hewan noktural, atau satwa yang menjalankan aktivitasnya di malam hari. Bagi para penggemar burung pemangsa ataubirds of prey, popularitas burung hantu mulai disejajarkan dengan burung falcon dan elang. Siapa yang tidak kenal Master Limbad, magician nyentrik, yang sejak kemunculannya di layar televisi tak pernah lepas dari burung hantu.
Tetapi burung hantu memiliki jenis atau ragam yang cukup banyak. Jenis yang paling popular saat ini (termasuk dijadikan mitra petani dalam mengusir hama padi dan jagung) adalah barn owl (Tyto alba). Spesies inilah yang paling mudah dijinakkan, serta bisa dilatih untuk berbagai keperluan positif. Beberapa jenis burung hantu lokal, termasuk celepuk, juga bisa dijadikan piaraan di rumah.
Berikut ini beberapa jenis burung hantu serta wilayah persebarannya ada di Indonesia :
1. Barn owl / Serak ( Tyto alba )
Burung hantu putih berukuran besar (sekitar 34 c) dengan ciri piringan wajah berwarna putih, melebar berbentuk hati. Tubuh bagian atas kuning tua kecokelatan, pucat dengan bercak-bercak halus. Tubuh bagian bawah putih dengan bintik-bintik hitam halus.
Warna keseluruhan beraneka ragam. Burung muda berwarna kuning tua lebih gelap. Barn owl cukup populer di Indonesia setelah beberapa daerah menerapkan penangkaran burung hantu jenis ini untuk dimanfaatkan sebagai pembasmi hama tikus di persawahan di daerah tersebut dan terbukti sangat efektif.
—
Wilayah persebaran :
Hampir di seluruh dunia
Kebiasaan :
Bersembunyi pada siang hari di dalam lubang gelap di rumah-rumah, pohon, batu karang atau vegetasi yang rapat. Umumnya di hutan bakau dan pantai, tetapi muncul saat malam hari untuk berburu di lapangan terbuka. Terbang rendah di atas tanah dengan kepakan sayap tanpa bersuara.
Makanan :
Tikus besar dan kecil, kalong, kadang-kadang burung lain, reptil, amfibi, dan serangga besar.
Perkembangbiakan :
Di alam liar, Tyto alba berkembang biak pada bulan Mei – Juli. Induk berina bertelur sebanyak 3 – 4 butir, telur berwarna putih yang diletakkan pada sarang yang tidak dilapisi di dalam lubang pohon, atau pada tembok batu atau bangunan.
2. Wowo-wiwi / bay owl ( Phodilus badius )
Burung hantu putih, berukuran sedang (sekitar 27 cm) berwarna cokelat agak merah. Bentuk tubuhnya mirip Tyto alba, dengan ciri piringan wajah berbentuk hati, kadang-kadang jumbai tegak. Tubuh bagian atas berwarna cokelat kemerahan, dengan bintik-bintik berwarna hitam-putih. Sedangkan tubuh bagian bawah kuning tua agak merah muda, dengan bintik hitam. Wajah berwarna merah muda.
—
Wilayah persebaran :
India, Asia Tenggara, China Selatan, dan Indonesia (khususnya Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali). Namun belakangan ini, bay owl makin jarang dijumpai di Jawa dan Bali. Mereka biasanya mendiami kawasan hingga ketinggian 1.500 meter dari permukaan tanah.
Kebiasaan :
Kurang diketahui secara jelas. Tetapi burung hantu jenis ini umumnya memiliki sifat pemalu. Mereka juga aktif di malam hari. Pada saat siang hari sering terlihat duduk agak mendatar, hampir menyerupai burung paruh katak.
Makanan :
Tikus, burung kecil, reptil, amfibi, serangga, dan kadal.
Perkembangbiakan :
Bersarang pada lubang pohon, dengan jumlah telur umumnya 2 butir (terkadang ada yang berjumlah 3 butir), warna telur putih.
3. Celepuk merah / reddish scops owl ( Otus rufescens )
Burung hantu berukuran kecil (sekitar 19 cm), dengan jumbai telinga yang jelas terlihat. Tubuh bagian atas berwarna cokelat kemerahan, dengan coretan hitam dan putih. Tubuh bagian bawah kuning tua agak merah bercoret hitam. Jumbai telinga agak kuning.
—
Wilayah persebaran :
Semenanjung Malaysia, Filipina, Kalimantan, Jawa (dataran rendah, terbatas di sebelah barat).
Kebiasaan :
Sering mendiami kawasan hutan di dataran rendah. Data lain belum diketahui.
Makanan :
Kemungkinan serangga dan binatang kecil lainnya.
Perkembang biakan :
Belum ada laporan tertulis mengenai hal ini.
4. Celepuk gunung / javan scops owl ( Otus angelinae )
Burung hantu berukuran kecil (sekitar 20 cm), berwarna kulit kayu dengan jumbai telinga yang menonjol. Tubuh bagian atas berwarna agak abu-abu cokelat, bercoret banyak, dan bertotol hitam.
—
Wilayah persebaran :
Endemik di Jawa Barat (hanya terdapat di pegunungan tinggi, itu pun kemungkinan hanya ada di Gunung Pangrango).
Kebiasaan :
Kurang diketahui, biasanya berada di hutan pegunungan dengan ketinggian 1.000-2.500 meter dari permukaan laut.
Makanan :
Serangga besar, termasuk kumbang.
Perkembangbiakan :
Tidak banyak catatan, tetapi kemungkinan sama dengan kerabat dekat celepuk gunung yang hidup di Asia, bertelur 3 - 4 butir, sarang memanfaatkan lubang pohon atau bekas sarang burung dari keluarga Captonidae.
5. Celepuk / collared scops owl ( Otus bakkamoena )
Burung hantu berukuran kecil (sekitar 20 cm), berwarna keabu-abuan atau agak cokelat, dengan jumbai telinga yang menonjol. Tubuh bagian atas berwarna agak abu-abu pucat. Tubuh bagian bawah agak abu-abu atau cokelat kuning tua, dengan coretan dan bintik hitam dan kuning tua.
—
Wilayah persebaran :
India, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (terutama Jawa dan Bali).
Kebiasaan :
Bertengger pada tempat yang rendah, hampir sepanjang malam mengeluarkan bunyi sedih secra musiman. Mengintai mangsa dari tempat bertengger dan tiba-tiba menyergapnya.
Makanan :
Serangga besar seperti kecoa, jangkrik, dan kumbang, serta beberapa jenis burung kecil.
Perkembangbiakan :
Bertelur dengan jumlah 2 – 3 butir, telur berwana putih dan hampir bulat sempurna. Sarang diletakkan dalam lubang pohon, pelepah daun palem, atau rumpun bambu.
6. Celepuk rajah / rajah’s scops owl ( Otus brookei )
Burung hantu berukuran kecil (sekitar 23 cm), berwarna abu-abu agak cokelat, dengan jumbai telinga yang menonjol. Hampir sama dengan Otus bakkamoena, tetapi posturnya sedikit lebih besar dengan kerah putih yang lebar pada bagian tengkuk.
—
Wilayah persebaran :
Spesies burung hantu yang satu ini jarang sekali dikenal. Hanya pernah ditemukan beberapa spesimen yang berasal dari daerah pegunungan di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa Timur.
Kebiasaan : Seperti burung hantu scops yang lain.
Makanan : Serangga
Perkembangbiakan :
Belum ada catatan mengenai perilaku perkembangbiakan burung ini.
7. Hingkik / barred eagle owl ( Bubo Sumatranus )
Burung hantu berukuran besar (sekitar 45 cm), dengan ciri bergaris banyak, berwarna abu-abu gelap, dengan jumbai telinga mencolok. Tubuh bagian atas berwarna cokelat kehitaman bergaris-garis halus warna kuning tua. Tubuh bagian bawah berwarna abu-abu keputih-putihan dan banyak bergaris hitam.
—
Wilayah persebaran :
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali (jarang dijumpai di hutan dataran rendah)
Kebiasaan :
Senang mandi di kolam dan aliran air, terbang cepat dan rendah dari tempat sembunyi pada saat menjelang gelap. Berburu dari tempat hinggap dan meloncat-loncat dengan indah.
Makanan :
Tikus besar dan kecil, ikan-ikan kecil, ular, dan burung-burung kecil.
Perkembangbiakan :
Sarang dibuat dalam lubang pohon, terkadang cukup rendah di atas tanah, menghasilkan 1-2 butir telur.
8. Bubo ketupu / buffy fish iwl ( Ketupa ketupu )
Burung hantu berukuran besar (sekitar 45 cm), warna cokelat kekuningan dengan jumbai telinga mencolok. Tubuh bagian atas penuh dengan garis-garis/coretan (lurik) berwarna cokelat terang, dengan garis-garis hitam bertepi kuning tua. Tubuh bagian bawah berwarna kuning tua kemerahan dengan lurik hitam yang tebal.
—
Wilayah persebaran :
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di negeri kita, hanya dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali (kadang terlihat di hutan dataran rendah).
Kebiasaan :
Umumnya aktif di malam hari, tetapi sebagian aktif di siang hari di tempat-tempat yang teduh dan gelap. Senang mandi dan berendam lama-lama di dalam air. Sebagian besar menangkap makanannya dari dalam air.
Makanan :
Ikan-ikan kecil, kodok, krustasea, mamalia dan reptil kecil.
Perkembangbiakan :
Sarang dibuat dalam lubang pohon yang rapuh, atau bekas sarang burung lain pada pohon yang tinggi, hanya bertelur 1 butir dan berukuran besar, bulat, berwarna putih dengan bercak-bercak kotor.
9. Beluk watu / asian barred owlet ( Glaucidium cuculoides )
Burung hantu berukuran kecil (sekitar 24 cm), dengan ciri warna cokelat kuning kemerahan, bergaris-garis halus. Tubuh bagian atas berwarna cokelat berangan kemerah-merahan, bergaris-garis kuning tua kemerahan dengan garis putih terputus di ujung bahu. Tubuh bagian bawah berwarna cokelat merata dengan garis-garis cokelat kekuningan. Bagian dada dan perut agak putih dengan sisi berwarna cokelat.
—
Wilayah persebaran :
Asia Tenggara, di luar Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Bali (dianggap sebagai jenis yang terpisah).
Kebiasaan :
Sering berada di dusun, kebun, dan hutan sekunder. Aktif di malam hari, namun terkadang siang hari. Suaranya terdengar malam menjelang fajar.
Makanan :
Serangga dan burung kecil
Perkembangbiakan :
Bersarang di lubang kecil pada pohon, biasanya bertelur 2 telur berwarna putih
10. Punggok / brown hawk owl ( Ninox scutulata )
Burung hantu seperti elang berukuran sedang (30 cm), dengan ciri khas tidak memiliki piringan wajah. Tubuh bagian atas berwarna cokelat gelap. Tubuh bagian bawah berwarna kuning tua, coretan lebar cokelat agak merah. Perut, dagu, dan bercak di depan mahkota berwarna putih.
—
Wilayah persebaran :
Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, habitanya hanya di Sumatera, Sulawesi, dan Jawa Barat.
Kebiasaan :
Aktif saat menjelang senja di pinggir hutan atau perkebunan. Ia bisa terbang mengejar mangsa, seperti capung dan serangga, kemudian ditangkap dengan cakarnya saat terbang.
Makanan :
Serangga, tonggeret, capung, kecoa, lebah, dan sebagainyal.
Perkembangbiakan :
Bersarang di lubang kecil pada pohon, dengan telur yang berjumlah 2-3 butir, warna telur putih.
11. Seloputo / spotted wood owl ( Strix seloputu )
Burung hantu berukuran besar (47 cm) dengan ciri warna merah cokelat, berbintik putih tanpa jumbai telinga. Piringan wajah sawo matang. Tubuh bagian atas berwarna merah kecokelatan, berbintik merah tebal dikelilingi pinggiran hitam. Tubuh bagian bawah berwarna putih dengan lurik cokelat. Garis dagu agak putih.
—
Wilayah persebaran :
Asia Tenggara, Semenanjung Malaysia, Pulau Palawan (Filipina), dan Jawa. Bentuk yang lebih kecil terdapat di Pulau Bawean.
Kebiasaan :
Sering berada di hutan dataran rendah, dan rumpun hutan dekat desa, atau juga di kota-kota.
Makanan :
Mamalia kecil, anakan burung, dan serangga.
Perkembangbiakan :
Bersarang di lubang pepohonan, jumlah telur 1-2 butir, telur berwarna putih.
12. Kukuk beluk / brown wood owl ( Strix lepto grammica )
Burung hantu berukuran besar (sekitar 47 cm) dengan ciri bergaris-garis banyak, warna cokelat agak merah tanpa jumbai telinga. Piringan wajah mencolok agak merah, dengan kacamata berupa lingkaran warna hitam. Memiliki alis warna putih. Tubuh bagian bawah berwarna kuning tua dengan garis-garis halus cokelat gelap, bergaris rapat kuning tua dan putih.
—
Wilayah persebaran :
India, China, dan Asia Tenggara termasuk Indonesi (Sumatera, Kalimantan dan wilayah barat Jawa).
Kebiasaan :
Nokturnal, jarang terlihat di siang hari. Jika terganggu pada siang hari, burung akan menggugurkan bulu-bulunya sehingga nampak seperti sepotong kayu mati dan melihat dengan mata setengah tertutup. Pasangannya akan memanggil-manggil sebelum hari gelap, atau beberapa saat sebelum waktu berburu.
Makanan :
Mamalia kecil, ulat, burung kecil dan kadang kadal
Perkembangbiakan :
Sarangnya hanya tumpukan kasar dari sampah, yang diletakkan didalam dasar lubang pada pohon.
13. Beluk telinga pendek / short-eared owl ( Asio flammeus )
Burung hantu berukuran sedang (sekitar 37 cm) dengan ciri warna cokelat kekuningan. Piringan wajah mencolok dengan jumbai telinga pendek, sehingga sukar terlihat. Mata berwarna kuning menyala dikelilingi lingkaran hitam. Tubuh bagian atas berwarna cokelat kekuningan dengan banyak coretan hitam dan kuning tua. Tubuh bagian bawah berwarna kuning tua dengan garis-garis cokelat gelap.
—
Wilayah persebaran :
Di seluruh dunia. Tetapi Asia Tenggara hanya dijadikan sebagai persinggahan di musim dingin. Di Indonesia, mereka lebih sering dijumpai di Pulau Kangean saja.
Kebiasaan :
Lebih menyukai daerah terbuka yang berumput. Sebagian besar aktif di daratan dan pada siang hari.
Makanan :
Mamalia kecil, ulat, burung kecil dan kadang kadal
Perkembangbiakan :
Belum ada catatan mengenai hal ini.
Penemuan terbaru
Yang terakhir adalah burung hantu yang ditemukan dan dipublikasikan pada Februari 2013, yaitu burung hantu rinjani atau rinjani scops owl( Otus jolandae ) yang merupakan burung endemik dan berhabitat di lombok.
Dari semua burung hantu ini, masing – masing memiliki perbedaan dari suara yang dilagukan. Jika ingin mendengar suara dari berbagai jenis burung hantu, atau ingin mendownloadnya, silakan buka kembali artikelnya di sini.
PERAWATAN BURUNG HANTU
Perawatan burung hantu ini sangat berbeda dari perawatan burung kicauan yang aktif pada siang hari dan beristirahat pada malam harinya. Faktor utama dalam perawatan burung adalah pakan hariannya, yang sangat tergantung dari kebiasaan, jenis pakan, dan habitat burung tersebut (silakan lihat kembali catatan di atas). Tetapi dari semua jenis burung hantu yang ada di Indonesia rata-rata pemakan serangga kecil. Jadi, dalam hal ini pemberian jangkrik bisa diterapkan.
Untuk burung hantu jenis celepuk, perawatannya lebih mudah karena bisa diberi pakan jangkrik dewasa dengan porsi 10-15 ekor yang diberikan tiap pagi dan malam harinya. Selain jangkrik, burung hantu ini juga bisa diberikan pakan ikan kecil (misalnya anak ikan mas), anak ayam, puyuh, tikus putih, dan juga burung emprit yang banyak dijual khusus untuk pakan burung pemangsa dan reptil. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya burung hantu jangan diberi ikan lele atau daging ayam mentah dari pasar.
Untuk anakan burung hantu, atau umurnya belum mencapai 6 bulan, pakan bisa berupa jangkrik saja dan sebaiknya pakan ini tidak disodorkan langsung ke paruhnya. Cukup diletakkan di tangan Anda, dan biarkan burung mengambil sendiri makanannya. Hal ini untuk mencegah agar burung hantu tidak manja dan akhirnya malas makan kalau tidak diloloh.
Setelah burung hantu berusia 7 – 8 bulan, pakan yang diberikan bisa diganti atau ditambah dengan burung kecil seperti emprit dan tikus putih.
Burung hantu tidak menyukai tempat yang panas. Jangan membiarkan anakan burung hantu di tempat panas. Jika melihat burung kepanasan, segera pindahkan ke lokasi yang teduh, misalnya di dalam rumah, di bawah pohon rindang, atau di beranda rumah. Sebaliknya, lingkungan kandang juga jangan terlalu dingin.
Selama merawat, jangan sungkan-sungkan Anda mengajaknya bicara, sekedar menghilangkan rasa bosan dan kesepian dari burung hantu tersebut, sekaligus menumbuhkan kepercayaan dan membangun hubungan antara burung hantu dan pemiliknya.
Burung hantu yang mengalami kebosanan cenderung mudah mengalami stress. Kalau burung kicauan sepertilovebird cenderung mencabuti bulu-bulunya karena stress akibat rasa bosan, sedangkan burung hantu jika stres sering menolak makanan yang bisa berakibat pada kematian.
Pada malam hari, burung hantu bisa disimpan dalam ruangan yang gelap tanpa cahaya lampu sedikitpun.
Hal terpenting dalam perawatan burung hantu adalah membangung kepercayaan burung hantu terhadap pemiliknya, dan bagaimana menciptakan hubungan emosional antara burung hantu dan pemiliknya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan selalu berinteraksi dan memberi perhatian ekstra. Sebab burung hantu bukan sekadar piaraan, tetapi juga partner Anda.
—
Pada edisi berikutnya, kita akan membahas jenis-jenis pelatihan yang bisa diterapkan pada burung hantu.
Semoga bermanfaat.
—
sumber : http://omkicau.com/
Post a Comment
Post a Comment