Di Indonesia, Pak Polisi bilang pelanggaran rambu lalu lintas adalah salah satu penyebab utama kecelakaan lalu lintas.
Kalo nggak ada rambu untuk dilanggar, berarti lebih aman dong?
|
Nggak ada tilangan hihihi |
Hal ini telah dibuktikan di beberapa kota di Eropa. Salah satunya adalah Bohmte, sebuah kota di Jerman. Pada pertengahan tahun 2008, pemerintah setempat melakukan eksperimen dengan mencabut semua rambu lalu lintas selama sebulan untuk mengetes teori tersebut. Aturan yang berlaku adalah kecepatan tidak boleh melebihi 40 km/jam.
4 minggu telah berjalan dan ternyata tidak ada satupun kecelakaan yang terjadi dari kurang lebih 13.000 pengemudi yang malang melintas di kota itu. Sebelumnya, rata-rata terjadi 1 kecelakaan serius tiap minggu disertai banyak kecelakaan kecil dan 50 kecelakaan per tahun.
Selain itu, pemerintah Bohmte juga menghemat kurang lebih 95 juta Rupiah per bulan yang biasanya digunakan untuk perawatan fasilitas dan penggantian rambu yang rusak.
|
Pagi yang cerah di Drachten |
Konsep 'shared space' ini juga dapat kamu temui di Drachten, Belanda. Drachten adalah kota tanpa rambu lalu lintas sama sekali. Walaupun kota ini cukup padat dengan 50 ribu penduduk dan lebih dari 22 ribu mobil yang beraktivitas dalam sehari, jumlah kecelakaan di salah satu persimpangan yang sebelumnya kurang lebih 9 kejadian per tahun menjadi 1 kejadian per tahun tanpa rambu lalu lintas.
Hal ini dikarenakan pengemudi akan jauh lebih berhati-hati tanpa rambu lalu lintas karena kita tidak akan tau siapa yang akan lewat dan kapan. Rambu lalu lintas ternyata memberikan 'rasa aman' palsu yang membuat kita berpikir semua akan baik-baik saja dan berlaku lebih nekat. Selain itu, lampu lalu lintas juga memacu pengemudi untuk bergerak lebih cepat sebelum lampu hijaunya menjadi lampu merah.
Post a Comment
Post a Comment