Selain kesuksesan komersial Just Go With It, 2011
sepertinya akan diingat sebagai salah satu tahun terburuk dalam karir Adam
Sandler. Tidak hanya film-film yang melibatkan namanya seperti Zookeeper, Bucky
Larson: Born to be a Star danJack and Jill mendapatkan kritikan tajam
dari banyak kritikus film dunia, perolehan pendapatan komersial film-film
tersebut juga tidak menunjukkan kumpulan angka yang membahagiakan jika
dibandingkan dengan perolehan komersial yang berhasil dicapai oleh film-film
Sandler sebelumnya. Sandler jelas membutuhkan sebuah film yang dapat
mengembalikan reputasinya sebagai salah satu bintang film dengan nama paling
menjual di Hollywood. Dan rasanya… sebuah film animasi jelas adalah cara yang
paling mudah untuk melakukan hal tersebut.
Merupakan debut penyutradaraan
film layar lebar bagi sutradara asal Amerika Serikat, Genndy Tartakovsky, serta
dengan naskah cerita yang ditulis oleh Peter Baynham (Arthur Christmas, 2011) dan
Robert Smigel (You Don’t Mess with the Zohan, 2008), Hotel Transylvania mengisahkan
mengenai Dracula (Adam Sandler) yang memiliki hotel yang bernama Hotel
Transylvania. Hotel Transylvania bukanlah tempat penginapan biasa yang dapat
Anda temui di banyak lokasi umum. Berlokasi di sebuah wilayah hutan yang
terpencil, Dracula membangun hotel tersebut sebagai tempat berlibur eksklusif
bagi para monster sehingga dapat menjauh dari jangkauan umat manusia – sosok
yang dianggap sangat membenci para monster dan selalu berusaha untuk
melenyapkan para monster dari dunia.
Dracula sendiri bukannya
membangun Hotel Transylvania demi alasan komersial belaka. Sebuah masa lalu
kelam yang membuatnya kehilangan istrinya telah mendorong dirinya untuk
membangun hotel tersebut demi puteri satu-satunya, Mavis (Selena Gomez), agar
dirinya dapat terbebas dari rasa takut akibat teror umat manusia. Pun begitu,
suratan takdir ternyata menginginkan agar Mavis berhadapan dengan umat manusia.
Ketika Dracula sedang mempersiapkan pesta ulang tahun Mavis yang ke-118,
sesosok pemuda bernama Jonathan (Andy Samberg) secara mengejutkan muncul di
Hotel Transylvania dengan niat untuk menginap di hotel tersebut. Dracula jelas
terkejut dan dengan cepat kemudian menyusun rencana agar dirinya dapat
menyembunyikan kehadiran pemuda tersebut dari Mavis maupun dari para pengunjung
hotelnya.
Sebenarnya tidak ada yang salah
dengan Hotel Transylvania. Naskah cerita yang ditulis oleh Peter Baynham
dan Robert Smigel mampu bercerita lancar dan cukup menghibur… khususnya bagi
penonton muda yang memang menjadi target penonton utama film ini. Namun,
sayangnya, kualitas penceritaan Hotel Transylvania hanya berhenti
pada titik tersebut dan tidak pernah berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang
lebih. Di tahun dimana Tim Burton (kembali) mencoba menghadirkan sebuah hiburan
dengan menggunakan tema kematian lewat Frankenweenie, Pixar yang berusaha
keras mendefinisikan ulang gaya penceritaan sebuah fairytale lewat Brave atau
Walt Disney yang ingin meniru pencapaian kualitas penceritaan dan tampilan
visual Pixar lewat Wreck-It Ralph, Hotel Transylvania terlihat
begitu biasa dan datar dalam berbicara.
Layaknya film-film komedi Adam
Sandler lainnya, Hotel Transylvania juga menyediakan deretan guyonan
kekanak-kanakan – yang sepertinya akan mampu membuat para penonton muda tertawa
lebar namun mendapatkan nada keluhan panjang dari para penonton dewasa ketika
guyonan tersebut terus menerus dihadirkan – dalam berbagai adegan ceritanya.
Pun begitu, harus diakui bahwa Hotel Transylvania mampu digarap
dengan tata produksi yang mengesankan. Tampilan visual dan tata suara film ini
berhasil disajikan dalam kualitas kelas atas. Penggunaan deretan wujud monster
klasik yang kemudian dikumpulkan dalam beberapa adegan juga cukup mampu
menjadikan kehadiranHotel Transylvania cukup terasa menyenangkan.
Juga tidak ada masalah berarti
dalam departemen pengisi suara film ini. Sandler mampu menghidupkan karakter
Dracula secara komikal – dengan aksen yang, sejujurnya, terdengar sangat alami.
Begitu juga dengan beberapa nama pengisi suara lainnya seperti Kevin James, Cee
Lo Green, Steve Buscemi, David Spade hingga Fran Drescher. Selena Gomez sendiri
sepertinya memiliki permasalahan dengan kurangnya chemistry yang ia
hasilkan bersama Sandler. Dialog yang timbul antara kedua karakter yang mereka
perankan seringkali terdengar datar daripada berkesan hangat layaknya hubungan
ayah dan puterinya. Sementara Andy Samberg, yang mengisisuarakan karakter
Jonathan, juga gagal untuk tampil istimewa mengingat porsi perannya yang cukup
besar.
Lalu… apakah Hotel
Transylvania dapat mengembalikan reputasi bintang kelas atas seorang Adam
Sandler? Secara kualitas… well… setidaknya Hotel Transylvania tidak
tampil lebih buruk daripada beberapa film Sandler lainnya. Tema penceritaan
yang cenderung biasa serta karakterisasi yang kurang mampu dapat digali dengan
baik memang membuat film animasi ini jauh dari kesan istimewa. Pun begitu, dari
segi komersial, Hotel Transylvania jelas akan mampu kembali
mengangkat nama besar Sandler. Terbukti, film ini memiliki banyak
momen menghibur yang akan mampu menyenangkan banyak penontonnya, khususnya para
penonton muda. Hiburan yang cukup solid walau jelas tidak akan banyak diingat
para penontonnya seusai mereka menyaksikannya.
Post a Comment
Post a Comment